Sunday, December 7, 2014

Dikala Si Buruk Rupa Berpujangga

aku ini bukan pria tampan yang mampu menebar pesona hanya dengan satu kedipan mata
aku juga bukan pria kaya yang mampu membuat silau setiap mata yang memandanginya
aku juga tak mampu memetik gitar dan melantunkan suara indah yang layak dinikmati
aku juga bukan pria romantis yang tak malu ungkapkan rasa sayang dengan setangkai bunga
aku juga bukan pria jantan yang bertubuh gagah yang selalu membuatmu aman disisiku
aku hanya pria buruk rupa yang hanya mampu merangkai kata untuk sampaikan apa yang kurasa

lewat goresan pena dan sehelai kertas kulukiskan perasaan terdalam dari apa yang sedang aku rasakan
meski banyak coretan didalamnya tapi dari situlah aku percaya taka ada kisah cinta yang sempurna
selalu saja ada coretan yang membuatnya terlihat rusak, atau bahakan sikap kasar sang pena yang membuat kertasnya sobek.
semua dirangkai kata demi kata, hingga akhirnya terbentuk sebuah kalimat yang nikmat disantap oleh wanita yang dicintainya
paduan diksi yang tersusun manis bersama irama yang pas berpadu membentuk melodi yang menggetarkan hati
meski kata yang tersusun tak mampu berbunyi, tapi isinya mampu mewakili isi dari seluruh hati
membentuk nuansa bening penuh harmoni, memancarkan rangkain nada cinta yang tersusun menjadi sebuah simponi
lewat tetesan air kental berwarna hitam yang tercecer diatas kanvas tipis bergaris inilah seluruh rasaku kini bertebaran
seperti tinta Tuhan yang warna warninya tercecer membasahai langit dan membentuk pelangi
meski tak lama tapi dia langka adanya, tak semua bisa melihatnya
bahkan yang dapat melihatnya belum tentu dapat menikmatinya

semoga sajak yang tersusun rapi ini mampu mewakili wajah tampan yang tak kumiliki
semoka rangkaian kata yang berbaris rapat ini mampu mewakili harta yang tak kumiliki
semoga goresan pena yang berserakan ini mampu mewakili romantisme yang tak kumiliki
semoga rangkaian nada yang membisu ini mampu mewakili suara merdu yang tak kumiliki

No comments:

Post a Comment